Perubahan Kepemimpinan, Perubahan Prioritas Keamanan Digital

      Dalam lanskap teknologi yang terus berkembang, kebijakan pemerintah memainkan peran krusial dalam membentuk arah inovasi dan standar keamanan. Baru-baru ini, dunia teknologi menyaksikan perubahan signifikan di Amerika Serikat ketika mantan Presiden Donald Trump menandatangani sebuah executive order yang merevisi dan membatalkan beberapa kebijakan cybersecurity yang ditetapkan oleh pendahulunya, Barack Obama dan Joe Biden.

      Langkah ini, yang dijelaskan dalam fact sheet Gedung Putih, mengklaim bahwa Executive Order 14144 yang ditandatangani Biden menjelang akhir masa jabatannya mencoba “menyisipkan isu-isu bermasalah dan mengganggu ke dalam kebijakan cybersecurity“. Perubahan ini memicu perdebatan sengit mengenai prioritas keamanan nasional versus isu-isu lain seperti imigrasi dan kebebasan berekspresi dalam konteks teknologi.

      Menyoroti Identitas Digital dan Akses Publik

      Salah satu poin utama yang disasar oleh executive order Trump adalah ketentuan terkait identitas digital (digital identity). Perintah Biden sebelumnya mendorong lembaga pemerintah untuk mempertimbangkan penerimaan dokumen identitas digital ketika program bantuan publik memerlukan verifikasi identitas. Trump menghapus bagian ini, dengan alasan bahwa pendekatan tersebut berisiko “penyalahgunaan luas dengan memungkinkan imigran ilegal mengakses bantuan publik secara tidak semestinya.”

      Namun, pandangan ini tidak tanpa kritik. Para ahli di bidang cybersecurity berpendapat bahwa fokus pada isu imigrasi ini mengorbankan potensi manfaat keamanan siber yang bisa didapat dari adopsi standar identitas digital yang kuat. Di Indonesia, konsep identitas digital juga menjadi semakin relevan dengan maraknya layanan publik dan finansial berbasis digital. Membangun sistem identitas digital yang aman dan terverifikasi adalah kunci untuk mencegah penipuan dan memastikan akses yang sah, sebuah tantangan yang memerlukan solusi teknologi dan kebijakan yang matang.

      Pergeseran Fokus AI dalam Keamanan Siber

      Area lain yang mengalami perubahan adalah penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam cybersecurity. Perintah Biden sebelumnya mencakup persyaratan seputar pengujian penggunaan AI untuk mempertahankan infrastruktur energi, pendanaan program riset federal terkait keamanan AI, dan mengarahkan Pentagon untuk menggunakan model AI untuk cybersecurity.

      Trump menghapus persyaratan ini. Gedung Putih menjelaskan langkah ini sebagai upaya memfokuskan kembali strategi keamanan siber AI “menuju identifikasi dan pengelolaan kerentanan, daripada censorship.” Narasi “AI censorship” sendiri merupakan isu yang sering diangkat oleh sekutu Trump di Silicon Valley. Perubahan ini menunjukkan adanya perspektif yang berbeda tentang bagaimana peran AI seharusnya dalam strategi keamanan siber pemerintah. Bagi bisnis di Indonesia, penggunaan AI untuk deteksi ancaman siber, analisis perilaku abnormal, atau bahkan dalam analitik video AI untuk keamanan fisik, tetap menjadi area krusial yang perlu terus dikembangkan dan diimplementasikan.

      Implikasi pada Enkripsi dan Keamanan Perangkat Lunak

Executive order Trump juga menghapus persyaratan bagi lembaga pemerintah untuk mulai menggunakan quantum-resistant encryption “sesegera mungkin”. Enkripsi tahan kuantum adalah teknologi krusial untuk melindungi data di masa depan ketika komputer kuantum yang kuat mampu memecahkan metode enkripsi tradisional. Menunda adopsi ini bisa menimbulkan risiko keamanan data jangka panjang.

      Selain itu, perintah tersebut menghapus persyaratan bagi kontraktor federal untuk menyatakan keamanan perangkat lunak (software attestation) mereka. Gedung Putih menyebut persyaratan tersebut sebagai “proses akuntansi perangkat lunak yang belum terbukti dan membebani, yang memprioritaskan daftar periksa kepatuhan di atas investasi keamanan yang sebenarnya.” Ini menunjukkan pergeseran dari pendekatan berbasis kepatuhan yang ketat menuju fokus yang diklaim lebih pragmatis pada investasi keamanan. Namun, bagi banyak ahli keamanan, software attestation adalah bagian penting dari rantai pasok keamanan siber. Menerapkan standar keamanan yang ketat pada perangkat lunak, seperti yang dilakukan dalam pengembangan solusi AI dan IoT oleh perusahaan teknologi lokal berpengalaman sejak 2018 seperti ARSA Technology, sangat penting untuk membangun kepercayaan.

      Sanksi dan Aktor Malicious Asing

      Perubahan kebijakan juga menyentuh area sanksi terhadap serangan siber. Executive order Trump membatalkan kebijakan era Obama terkait sanksi untuk serangan siber terhadap Amerika Serikat, membatasi penerapan sanksi hanya pada “aktor berbahaya asing (foreign malicious actors)”.

      Gedung Putih menyatakan bahwa pembatasan ini akan mencegah “penyalahgunaan terhadap lawan politik domestik” dan memperjelas bahwa “sanksi tidak berlaku untuk aktivitas terkait pemilu.” Perubahan ini menekankan fokus pada ancaman siber yang berasal dari luar negeri, sambil menghindari penggunaan sanksi terhadap entitas domestik, bahkan jika terlibat dalam aktivitas siber yang merugikan.

Bagaimana ARSA Technology Dapat Membantu?

      Terlepas dari dinamika kebijakan di negara lain, kebutuhan akan solusi keamanan digital dan otomatisasi berbasis AI dan IoT di Indonesia terus meningkat. Bisnis dan institusi di berbagai sektor, mulai dari manufaktur, konstruksi, hingga pemerintahan dan sistem parkir pintar, memerlukan teknologi yang andal untuk melindungi aset, meningkatkan efisiensi, dan memastikan keselamatan.

      ARSA Technology, sebagai penyedia solusi AI dan IoT terkemuka di Indonesia, menawarkan berbagai solusi yang relevan:

  • Analitik Video AI Real-time: Untuk pengawasan cerdas, deteksi anomali, dan pemantauan perilaku di lingkungan fisik, meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional.
  • Otomasi Industri & Monitoring: Termasuk monitoring alat berat dan deteksi cacat produk menggunakan AI Vision dan IoT, krusial untuk efisiensi dan keamanan di sektor industri berat.
  • Pelatihan Berbasis VR: Meningkatkan keterampilan dan kesiapan karyawan dalam skenario berisiko tinggi dengan lingkungan simulasi yang aman.
  • Teknologi Kesehatan Mandiri: Solusi kios kesehatan untuk pemantauan vital secara cepat dan akurat, mendukung program kesehatan korporasi dan publik.

      Solusi-solusi ini dirancang dengan pemahaman mendalam tentang tantangan lokal di Indonesia, memastikan implementasi yang praktis, presisi, dan adaptif untuk berbagai kebutuhan bisnis di Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan seluruh Indonesia.

Kesimpulan

      Perubahan kebijakan cybersecurity di Amerika Serikat, seperti yang dilakukan melalui executive order terbaru, mencerminkan perdebatan yang sedang berlangsung secara global mengenai keseimbangan antara keamanan, kebebasan, dan prioritas ekonomi dalam era digital. Bagi para profesional dan pelaku bisnis di Indonesia, perkembangan ini menjadi pengingat pentingnya memiliki strategi keamanan siber yang kuat dan proaktif, tidak hanya bergantung pada mandat eksternal, tetapi juga memanfaatkan teknologi terkini untuk membangun ketahanan digital. Memilih mitra teknologi lokal yang memahami konteks dan tantangan spesifik di Indonesia, seperti ARSA Technology, adalah langkah strategis untuk memastikan transformasi digital yang aman dan berdampak nyata.

      Konsultasikan kebutuhan AI Anda dengan tim ARSA Technology.

HUBUNGI WHATSAPP