Pengadilan Tinggi Inggris dan Wales baru-baru ini mengeluarkan peringatan keras terkait penggunaan AI generatif dalam riset hukum. Hakim Victoria Sharp menekankan bahwa alat AI seperti ChatGPT “tidak mampu melakukan riset hukum yang andal” dan dapat menghasilkan respons yang “tampak koheren dan masuk akal, tetapi ternyata sepenuhnya salah.”

      Peringatan ini muncul setelah beberapa kasus di mana pengacara menggunakan kutipan atau referensi kasus hukum yang ternyata tidak ada atau tidak relevan, diduga berasal dari output AI. Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi semua profesional dan bisnis di Indonesia yang mulai mengintegrasikan AI dalam operasional mereka: keandalan data dari AI generatif tidak selalu terjamin.

Ketika AI Berhalusinasi: Bahaya Data Palsu

      Fenomena di mana AI generatif menghasilkan informasi yang meyakinkan namun tidak benar dikenal sebagai “halusinasi” (hallucination). Dalam konteks riset hukum di Inggris, ini berarti AI bisa “mengarang” nama kasus, nomor putusan, bahkan kutipan dari putusan yang sebenarnya tidak pernah ada. Ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga etika dan profesionalisme.

      Bagi bisnis di Indonesia, halusinasi AI ini bisa berdampak pada berbagai keputusan krusial. Bayangkan jika AI digunakan untuk merangkum laporan keuangan, menganalisis tren pasar, atau bahkan menyusun dokumen penting, dan ternyata datanya palsu. Keputusan bisnis yang diambil berdasarkan data tidak akurat bisa berakibat fatal, mulai dari kerugian finansial hingga masalah hukum.

Kewajiban Verifikasi: Tanggung Jawab Profesional

      Meskipun AI generatif tidak andal untuk riset faktual, Hakim Sharp tidak melarang penggunaannya sepenuhnya. Namun, beliau menegaskan kewajiban profesional bagi pengacara untuk “memeriksa keakuratan riset tersebut dengan merujuk pada sumber-sumber otoritatif, sebelum menggunakannya dalam pekerjaan profesional mereka.”

      Ini adalah pelajaran penting bagi semua sektor di Indonesia. Apakah Anda menggunakan AI untuk riset, analisis data, atau bahkan komunikasi internal, proses verifikasi data adalah langkah yang tidak boleh dilewatkan. Bergantung sepenuhnya pada output AI tanpa validasi sama saja dengan mengambil risiko besar. Standar profesional menuntut ketelitian, dan dalam era AI, ini berarti memastikan data yang Anda gunakan, terlepas dari sumbernya, adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dampak dan Sanksi bagi Pelanggaran

      Dalam kasus yang disorot di Inggris, seorang pengacara mengajukan dokumen dengan 45 kutipan, di mana 18 di antaranya tidak ada. Pengacara lain mengutip lima kasus yang juga tidak ditemukan. Meskipun pengadilan memilih untuk tidak melanjutkan ke proses penghinaan (contempt proceedings) pada kasus-kasus tersebut, Hakim Sharp memperingatkan bahwa ini “bukan preseden” dan pengacara yang tidak mematuhi kewajiban profesional mereka berisiko menghadapi “sanksi berat.”

      Sanksi tersebut bisa bervariasi, mulai dari teguran publik, kewajiban membayar biaya perkara (imposition of costs), proses hukum penghinaan, hingga rujukan ke pihak kepolisian atau badan pengatur profesional. Konsekuensi ini menunjukkan betapa seriusnya penggunaan informasi yang tidak terverifikasi, terutama yang memengaruhi proses hukum atau keputusan penting lainnya. Profesional di Indonesia, baik di bidang hukum maupun sektor lain, harus menyadari risiko reputasi dan hukum yang menyertai penggunaan AI tanpa kehati-hatian.

Pentingnya AI yang Andal dan Terverifikasi

      Kasus ini menggarisbawahi perbedaan antara AI generatif yang tujuan utamanya adalah menghasilkan teks atau konten kreatif berdasarkan pola data, dengan AI yang dirancang untuk tugas spesifik berbasis data terstruktur dan terverifikasi. Solusi AI dan IoT yang dibangun untuk kebutuhan industri, seperti yang dikembangkan oleh ARSA Technology, beroperasi berdasarkan prinsip akurasi dan keandalan data untuk tugas-tugas krusial.

      Misalnya, analitik video AI untuk mendeteksi anomali keamanan, sistem parkir pintar berbasis LPR, atau monitoring alat berat menggunakan sensor IoT. Solusi ini dirancang untuk memberikan data real-time yang akurat dan dapat ditindaklanjuti, bukan sekadar menghasilkan teks yang terdengar meyakinkan. Keandalan ini penting untuk operasional bisnis yang efisien dan aman di berbagai sektor di Indonesia.

Bagaimana ARSA Technology Dapat Membantu?

      ARSA Technology, sebagai penyedia solusi AI dan IoT terkemuka di Indonesia yang berpengalaman sejak 2018, memahami pentingnya data yang akurat dan sistem yang andal. Solusi kami tidak bergantung pada model AI generatif untuk riset faktual, melainkan menggunakan algoritma AI Vision dan integrasi IoT yang dirancang khusus untuk tugas-tugas spesifik industri.

      Kami menyediakan teknologi yang memberikan data terukur dan terverifikasi, mulai dari deteksi objek dan perilaku di area publik atau industri, pemantauan kondisi mesin secara prediktif, hingga analisis gambar medis. Fokus kami adalah pada solusi yang memberikan dampak nyata dan terukur bagi bisnis Anda, didukung oleh tim R&D internal dan pengalaman implementasi di berbagai industri di Indonesia.

Kesimpulan

      Peringatan dari pengadilan Inggris adalah pengingat global tentang pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan AI generatif untuk riset atau pengambilan keputusan berbasis fakta. Meskipun AI menawarkan potensi besar, profesional di Indonesia harus selalu memprioritaskan verifikasi data dari sumber otoritatif.

      Memilih mitra teknologi yang menyediakan solusi AI dan IoT yang dirancang untuk keandalan dan akurasi, seperti ARSA Technology, adalah langkah strategis untuk memastikan transformasi digital Anda berjalan lancar dan aman, tanpa terjebak dalam fatwa palsu AI. Jangan kompromi dengan akurasi data dalam operasional bisnis Anda.

      Konsultasikan kebutuhan AI Anda dengan tim ARSA Technology.

HUBUNGI WHATSAPP