Perkembangan kecerdasan buatan (AI), khususnya di bidang Vision AI, telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor. Dari pengenalan wajah hingga analisis citra medis, kemampuan AI untuk “melihat” dan memproses informasi visual terus meningkat. Namun, ada satu aspek fundamental yang masih menjadi tantangan besar: kemampuan AI untuk memahami ruang dan hubungan antar objek seperti yang dilakukan manusia.

      Bayangkan seorang anak bermain bola di atas meja. Manusia dengan mudah mengidentifikasi “anak”, “bola”, dan “meja”. Mereka juga memahami hubungan spasial: bola “di atas” meja, anak “menjangkau” bola. Kemampuan untuk mengenali objek, memahami posisinya relatif terhadap objek lain, dan bahkan memprediksi pergerakan di masa depan, adalah inti dari kecerdasan spasial dan temporal manusia. Bagi AI, meniru pemahaman kompleks ini jauh lebih sulit daripada sekadar mengenali objek individu.

Mengapa AI Kesulitan Memahami Ruang Seperti Manusia?

      Meskipun model Vision AI modern unggul dalam mengenali objek tunggal, mereka sering kali kesulitan ketika dihadapkan pada skenario yang lebih kompleks yang melibatkan pemahaman spasial. Dua tugas dasar namun krusial yang menjadi batu sandungan adalah:

  • Counting (Menghitung): Kemampuan menghitung objek berdasarkan atribut tertentu (misalnya, “berapa banyak kursi merah di ruangan ini?”). Ini bukan hanya soal mengenali objek, tetapi juga membedakan objek yang serupa, mengatasi oklusi (objek yang terhalang), dan menghindari penghitungan ganda. AI sering kali mengandalkan pola statistik dan gagal melakukan penalaran instance yang akurat di dunia nyata yang penuh variasi.
  • Relation (Hubungan Spasial): Kemampuan memahami posisi objek relatif terhadap objek lain (“di kiri cangkir”, “di belakang anak berbaju merah”). Tugas ini membutuhkan bukan hanya perhatian visual pada objek itu sendiri, tetapi juga pemahaman konteks spasial dan penyejajaran simbolis.

      Tantangan ini meningkat secara eksponensial ketika kedua tugas ini digabungkan dalam skenario yang lebih rumit, seperti “Berapa banyak objek yang ada di kiri teko DAN di atas wadah merah?”. Di sinilah kelemahan mendalam dalam integrasi dan komposisi penalaran AI mulai terlihat.

MIRAGE: Benchmark Baru untuk Menguji Kecerdasan Spasial AI

      Untuk mengukur dan mengatasi keterbatasan ini, para peneliti telah mengembangkan berbagai tolok ukur (benchmark). Salah satu yang terbaru adalah MIRAGE, sebuah benchmark multi-modal yang dirancang khusus untuk mengevaluasi kemampuan Vision AI dalam penalaran berbasis objek dan komposisi spasial.

      MIRAGE menguji model AI pada tiga jenis tugas utama: Counting, Relation, dan kombinasi keduanya (Counting with Relation). Benchmark ini menggunakan berbagai gambar dengan anotasi detail dan tingkat kesulitan yang bervariasi (Mudah, Sedang, Sulit). Desain MIRAGE menekankan sifat komposisional dari kognisi visual, menargetkan kesenjangan antara pengenalan permukaan dan pemahaman relasional yang lebih dalam.

      Dengan menyediakan skenario yang beragam dan kompleks yang membutuhkan pengenalan dan penalaran tingkat lanjut, MIRAGE membantu mengidentifikasi area spesifik di mana model AI saat ini masih lemah. Ini adalah langkah penting dalam upaya membangun Vision AI yang benar-benar dapat memahami dunia visual seperti manusia.

Tantangan Utama yang Diungkap MIRAGE

      Evaluasi menggunakan MIRAGE menunjukkan bahwa model Vision AI terkini (State-of-the-Art) mengalami penurunan kinerja yang signifikan pada tugas-tugas yang melibatkan komposisi spasial, terutama dalam kondisi sulit seperti adanya oklusi, ambiguitas, atau referensi yang kompleks.

      Studi diagnostik yang dilakukan dengan MIRAGE, termasuk pengujian ketahanan spasial dan analisis tipe kesalahan, mengungkap tantangan utama dalam penalaran spasial yang terhubung dengan data visual. Model sering kali kesulitan dalam:

  • Membedakan dan menghitung objek serupa dalam kerumunan atau saat terhalang.
  • Memahami hubungan spasial yang tidak sederhana (misalnya, di belakang, di dalam) dibandingkan yang sederhana (di atas, di samping).
  • Menggabungkan informasi atribut objek (warna, ukuran) dengan posisi spasial untuk menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.

      Temuan ini menggarisbawahi perlunya pengembangan representasi visual dan kerangka penalaran yang lebih kuat untuk Vision AI di masa depan.

Dampak Keterbatasan AI Spasial bagi Industri di Indonesia

      Keterbatasan AI dalam memahami ruang dan hubungan objek ini memiliki implikasi langsung bagi berbagai industri di Indonesia yang mengandalkan Vision AI untuk operasional mereka.

  • Manufaktur: Sistem kontrol kualitas berbasis Vision AI mungkin kesulitan menghitung cacat kecil pada jalur produksi yang ramai atau memverifikasi posisi komponen secara akurat pada objek yang kompleks.
  • Retail: Analitik Vision AI untuk manajemen stok atau perilaku pelanggan bisa kurang tepat dalam menghitung jumlah produk di rak yang tumpang tindih atau memahami pola pergerakan pelanggan di antara rak display.
  • Konstruksi & Pertambangan: Pemantauan keselamatan menggunakan Vision AI mungkin gagal mengidentifikasi pekerja yang berada terlalu dekat dengan alat berat jika posisinya terhalang atau sulit dikenali dalam konteks spasial yang kompleks.
  • Kesehatan: Analisis citra medis berbasis AI bisa terhambat dalam menghitung sel abnormal atau mengukur ukuran dan posisi tumor relatif terhadap organ lain dengan presisi tinggi.

      Dalam setiap skenario ini, akurasi Vision AI sangat bergantung pada kemampuan pemahaman spasialnya. Keterbatasan ini dapat mengurangi efektivitas solusi AI, menyebabkan kesalahan, dan membatasi potensi otomatisasi dan analisis mendalam.

Bagaimana ARSA Technology Dapat Membantu?

      Sebagai penyedia solusi AI dan IoT terkemuka di Indonesia, ARSA Technology memahami pentingnya Vision AI yang akurat dan andal untuk kebutuhan bisnis modern. ARSA berinvestasi dalam riset dan pengembangan untuk menghadirkan solusi Vision AI Analytics yang tidak hanya mampu mengenali objek, tetapi juga memahami konteks spasial di sekitarnya.

      Solusi Vision AI ARSA dirancang untuk mengatasi tantangan yang diungkap oleh benchmark seperti MIRAGE. Dengan memanfaatkan arsitektur AI terbaru dan data pelatihan yang relevan dengan kondisi di Indonesia, ARSA mengembangkan sistem yang lebih tangguh dalam:

  • Penghitungan Objek Akurat: Menggunakan algoritma canggih untuk menghitung objek bahkan dalam kondisi sulit seperti oklusi parsial atau variasi tampilan.
  • Analisis Hubungan Spasial: Memahami posisi dan interaksi antar objek, krusial untuk otomatisasi, pemantauan keselamatan, dan analisis perilaku kompleks.
  • Penerapan Industri Spesifik: Menyesuaikan model Vision AI untuk kebutuhan unik setiap industri, seperti manufaktur, retail, konstruksi, dan kesehatan, memastikan relevansi dan akurasi tinggi.

      ARSA membantu bisnis di Indonesia memanfaatkan potensi penuh Vision AI untuk meningkatkan efisiensi operasional, memastikan keselamatan, dan mendapatkan wawasan berharga dari data visual.

Kesimpulan

      Kemampuan Vision AI untuk memahami ruang dan hubungan antar objek adalah kunci untuk membuka potensi penuh kecerdasan buatan di berbagai industri. Meskipun tantangan masih ada, seperti yang diungkap oleh benchmark seperti MIRAGE, upaya terus-menerus dalam riset dan pengembangan mendorong kemajuan signifikan.

      ARSA Technology berada di garis depan dalam menerapkan kemajuan ini, menyediakan solusi Vision AI yang canggih dan relevan bagi bisnis di Indonesia. Dengan fokus pada akurasi spasial dan pemahaman kontekstual, ARSA membantu perusahaan mengubah data visual menjadi tindakan nyata dan keunggulan kompetitif.

      Konsultasikan kebutuhan AI Anda dengan tim ARSA Technology.

HUBUNGI WHATSAPP